KEHEBATAN SISTEM EKONOMI ISLAM
Pada hari Senin, 17 Nopember 2008, dalam edisinya yang ke 2048, tabloid Al Alamul Islamiy (العالم الإسلامى) memuat tulisan Dr. Aidhul Qarni pada halaman terakhir yang berjudul : جربوا الاقتصاد الإسلامى (Cobalah ekonomi Islam). Di antara pokok-pokok penting yang beliau tulis adalah :
1. Sistem ekonomi komunis telah menemui kegagalannya.
2. Di susul oleh sistem ekonomi kapitalis yang telah habis masa kejayaannya.
3. Tinggal sistem ekonomi Islam yang masih tangguh dan berjaya.
Dengan fakta sejarah baru yang demikian, maka tantangan Allah SWT di dalam surah Al Maidah ayat : 50
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (المائدة : 50) .
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?
mulai dilirik dan diperhatikan. Banyak orang mulai mengkaji Islam, terutama sejak kejadian WTC di Amerika Serikat beberapa tahun lalu. Semangat mereka mengkaji Islam berangkat penasaran karena sikap dunia yang dikomandani Amerika Serikat memusuhi Islam. Ada apa dengan Islam ? Padahal kejadian WTC tidak pernah terbutkti bahwa langan dari Islam yang menjadi dalangnya. Mereka lebih semangat lagi mengkaji Islam setelah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri kegagalan demi kegagalan yang dialami oleh sistem komunis dan sistem kapitalis yang keduanya diusung oleh negara-negara adidaya. Ternyata akhirnya tidak berdaya. Kegagalan mereka itu susul-menyusul yang jaraknya tidak sampai belasan tahun.
Dr. Aidhul Qarni membedakan sebagian hal dalam sistem Islam dan dalam sistem sosialis dan kapitalis, yang keduanya disebut dengan syari’at buatan manusia.
Dalam hal kepemilikan, syari’at buatan manusia membolehkan penggunaan segala macam cara. Sehingga kepemilikan tidak ada batas dan tidak ada aturan yang mengendalikannya dan mendukung pemerataan. Sementara Islam mengharamkan jalan kepemilikan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain. Maka Islam mengharamkan riba, penipuan, perampokan, perampasan, pencurian, korupsi, kecurangan, suap dan lain sebagainya. Islam juga menjamin kecukupan bagi orang-orang fakir dari jalur zakat yang besar bagiannya 2,5 %. Islam juga menganjurkan infaq dan shadaqah untuk kemanusiaan dan kebaikan.
Beliau juga membedakan antara sistem Islam dan sistem buatan manusia. Beliau mengatakan, “Syari’at Allah itu dari atas, sedangkan syari’at manusia dari bawah. Jalan Allah itu dari Yang Maha Luhur, sedangkan jalan buatan manusia dari kehinaan. Risalah Islam itu dari Rabb alam semesta, sedangkan risalah buatan manusia itu dari tanah”.
Dunia menghadapi kehancuran perekonomian, dan tidak ada solusinya selain Islam. Bahkan kehancuran akhlak dan lembaga keluarga lebih dahulu binasa daripada perekonomian. Karena itu dunia Barat mulai sadar dengan keadaan dan apa yang sedang terjadi.
Beliau juga menulis, “Hingga banyak dari kalangan pembuat undang-undang di Barat menyerukan ajakan untuk mengambil manfaat dari hukum-hukum Islam berkenaan dengan hukuman, hukum-hukum harta dan tatanan yang berkenaan dengan keluarga dan wanita. Maka, mana para ulama kita yang bertanggungjawab untuk menyajikan risalah Islam yang jelas dan dakwah yang benar dan bisa diterima, yang menjelaskan keluwesan dan kemudahan dalam Islam. Mereka, hingga kini hanya berdebat mengenai melihat bulan sabit Ramadhan dan Syawwal, apakah dengan dasar hisab atau rukyah. Ironisnya, perselisihan itu telah berlangsung di kalangan mereka selama bertahun-tahun”.
Beliau juga menyeru, “Wahai orang-orang alim. Kita memiliki jalan pemecahan masalah yang datang dari Rabb dari langit. Telah datang kepada kita dengan sanad yang bersambung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Jibril, dari Rabb alam semesta”. Wallahu a’lam bish-shawab.
*****
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar