Kamis, 16 April 2009

CARA DZIKIR TIDAK ISLAMI

CARA DZIKIR YANG BANYAK DILAKUKAN KAUM MUSLIMIN
NAMUN TIDAK SEJALAN DENGAN QUR’AN DAN SUNNAH

Tahun lalu banyak kaum muslimin yang berang karena keberadaan kelompok Ahmadiah di Indonesia. Kebencian itu disinyalir karena aqidah mereka telah menyimpang dari Islam yang benar, namun mereka tetap mengaku sebagai muslim. Kaum muslimin juga tidak puas, karena pemerintah dianggap tidak melakukan hal yang signifikan terhadap kelompok Ahmadiah. Di mana-mana muncul pernyataan anti Ahmadiah dan gugatan secara terbuka agar kelompok itu dibubarkan oleh pemerintah dan para pengikutnya bertaubat. Tidak tahu lagi, sudah sejauh mana hasilnya. Kaum muslimin seakan tidak mampu berbuat banyak demi enyahnya kelompok Ahmadiah ini.
Lepas dari masalah keberadaan Ahmadiah di Indonesia yang membuat berang kaum muslimin, masih ada ‘pekerjaan rumah’ yang lain yang harus diselesaikan oleh kaum muslimin. Karena mereka harus selalu introspeksi secara kolektif, apakah di dalam kelempok mereka sendiri masih ada praktik-praktik keagamaan yang menyimpang dari sumber pokok hukum Islam, Al Qur’an dan As-Sunnah ?
Di sejumlah wilayah, masih banyak dijumpai kaum muslimin yang berdzikir dengan cara mengeraskan suara bahkan dimasukkan ke dalam perangkat pengeras suara. Penulis yakin, bahwa cara dzikir seperti itu bertentangan dengan cara dzikir yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya SAW. Kalau cara dzikir yang dilakukan kaum muslimin tidak memenuhi apa yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, maka mereka telah berdzikir dengan cara mereka sendiri. Mereka lancang dan tidak percaya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW yang telah menyatakan mencintai cara dzikir tertentu bagi orang-orang beriman kepada-Nya dan berpegang-teguh kepada Al Qur’an dan As-Sunnah. Kalau cara seperti ini, bahkan penyimpangan-penyimpangan lain dibiarkan tumbuh subur, generasi kaum muslimin mendatang tidak akan tahu lagi, mana cara dzikir yang benar menurut syari’at Islam dan mana yang tidak benar. Sehingga, setelah mereka dewasa, akan mengajarkan dan memberikan contoh cara dzikir yang salah. Mari kita bayangkan, jika demikian, pada suatu ketika kaum muslimin tidak tahu lagi, seperti apa agama Islam yang asli dan yang benar. Lebih dari itu, prinsip bahwa agama Islam adalah jalan hidup, tinggal isapan jempol. Semua kaum muslimin tertipu, menganggap dirinya telah menjadi orang Islam, padahal yang dilakukan bentuk-bentuk ritual yang dikarang oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Jika demikian, siapa yang berdosa ? Simaklah hadits berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ سُنَّةَ ضَلَالٍ فَاتُّبِعَ عَلَيْهَا كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ سُنَّةَ هُدًى فَاتُّبِعَ عَلَيْهَا كَانَ لَهُ مِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ . (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَغَيْرُهُ) .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menetapkan sunnah (tradisi) sesat lalu diikuti orang lain, maka atas dirinya dosa sebanyak dosa semua orang yang mengikutinya dengan tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. Sedangkan orang yang menetapkan sunnah (tradisi) berpetunjuk lalu diikuti orang lain, maka baginya pahala sebanyak pahala semua orang yang mengikutinya dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun”. (HR. Ahmad dan lain-lain dari Al Maktabatus syamilah).
Cara dzikir yang dicintai oleh Allah SWT sebagaimana Allah SWT firmankan di dalam ayat-ayat berikut :
قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً. (الأنعام : 63).
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur". (Qs. Al An’am : 63).

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (الأعراف : 55).
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Qs. Al A’raf : 55).
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلآَصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ (الأعراف : 205).
Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Qs. Al A’raf : 205).
Dengan memahami ayat-ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa cara dzikir yang disebut-sebut oleh Allah SWT dengan empat hal, yaitu :
1- Dengan rendah diri.
2- Dengan suara yang lembut.
3- Dengan rasa takut kepada Allah SWT.
4- Tidak dengan mengeraskan suara.
Lebih dari empat ketentuan itu adalah tindakan berdoa atau berdzikir dengan cara yang melampaui batas. Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang suka melampaui batas.
Rasulullah SAW juga menegaskan sebagai berikut,
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ . (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَغَيْرُهُ) .
Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu anhu berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga jika kami mendekati suatu lembah maka kami bertahlil dan bertakbir dengan suara yang sangat keras, sehingga Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, rendahkan suara kalian, sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli atau tidak ada, sesungguhnya Dia bersama kalian, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha dekat. Maha Suci asma-Nya dan Maha Mulia”. (HR. Al Bukhari dan lain-lain dari Al Maktabatus syamilah).
Ingat ! yang dipermasalahkan adalah ‘cara’ dan bukan ‘dzikir’nya. Artinya, tidak boleh karena adanya pengertian yang demikian, lalu seorang muslim memutuskan untuk tidak berdzikir karena salah. Akan tetapi setiap muslim harus berdzikir dengan cara yang benar, baik di waktu pagi hari atau di waktu petang atau pada waktu-waktu yang lain. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bis shawab.

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar