Diposting tanggal : 01 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
TANGGUNGJAWAB SEORANG IBU MUSLIMAN DI HADAPAN ALLAH
Seorang da’i, bernama Ahmad Shalih Muhayiri, di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2070 yang terbit pada hari Senin, 11 Mei 2009 menulis tentang tanggungjawab seorang ibu muslimah di hadapan Allah yang dia awali dengan mengetengahkan sebuah kisah tentang seorang Ibu yang datang kepada seorang pemimpin suatu organisasi keIslaman wanita guna mengkonsultasikan putri semata wayangnya yang durhaka kepadanya. Pemimpin organisasi itu bertanya kepadanya, “Bagaimana bentuk durhaka yang dia lakukan ?”. Sang Ibu menjawab, “Dia aku beri segala-galanya, akan tetapi dia minta lebih dan lebih yang aku tidak mampu memberikannya. Karena itu dia membantahku”. Pemimpin itu berkata, “Sejak kapan engkau memberinya seperti itu ?”. Sang Ibu menjawab, “Sejak kecilnya, karena saya tidak rela menolak permintaannya”. Pemimpin itu bertanya lagi, “Bagaimana hubungannya dengan Allah dan dengan agamanya ?”. Sang Ibu menjawab, “Dia tidak tahu, selain bahwa dirinya seorang muslimah, karena dia tidak memiliki waktu yang cukup untuk menuntut ilmu dan mengenal agama”. Sang pemimpin itu berkata, “Jika engkau menaruh perhatian untuk memberinya pelajaran tentang agamanya sejak ia masih kecil, tentu dia mengerti arti durhaka kepada kedua orang tua dan dia akan menjauhinya. Selain itu dia akan merasa puas dengan apa yang engkau berikan kepadanya dan tahu berterima kasih kepadamu. Maka tidak ada jalan lain bagimu sekarang selain bersamanya kembali kepada Allah dengan mengkaji Islam, menghadiri kajian-kajiannya, berpegang-teguh kepada syi’ar-syi’ar dan akhlaknya, bergabung dengan para wanita aktifis dakwah dan mendekatkan diri kepada Allah seraya berdoa kepadaNya sudi kiranya memberinya petunjuk”.
Ketika Ibu itu meninggalkan tempat, para wanita anggota organisasi itu berdiskusi tentang kedurhakaan anak, baik laki-laki atau perempuan, yang kini menggejala di dalam kebanyakan keluarga sehingga orang tua menghadapinya dengan sabar karena takut diketahui oleh orang banyak.
Penulis menegaskan bahwa wanita muslimah berkewajiban memenuhi hak-hak suaminya karena dia adalah seorang istri, berkewajiban berpegang-teguh kepada agamanya karena dia seorang muslimah. Kemuliaan seorang wanita muslimah dan kecantikannya bukan pada perhiasannya, akan tetapi pada tingkahlakunya yang terpuji, taat kepada agama dan keluarganya serta eksistensinya dalam bangunan masyarakat Islam di mana dia sebagai separoh unsurnya. Karena masyarakat tidak akan menjadi baik melainkan jika wanitanya baik. Pendidikan untuk anak adalah sesuatu yang paling wajib atas wanita dan pria secara bersama-sama.Hal itu karena sabda Rasulullah SAW :
مروا أولادكم بالصلاة لسبع واضربوهم عليها لعشر.
Perintahlah anak-anak kalian untuk menunaikan shalat pada umur tujuh tahun, dan pukullah mereka agar melakukannya pada umur sepuluh tahun.
Tidak menaruh perhatian kepada anak-anak ketika mereka masih kecil, menjerumuskan mereka ke dalam kebodohan dan kesesatan ketika mereka dewasa, yang tidak jarang keduanya menyebabkan mereka menjadi kafir. Yakni ketika mereka dirasuki pemikiran-pemikiran rusak atau ketika mereka diculik dari tengah-tengah kita oleh para missionaris yang menawarkan kepada mereka agama lain karena mereka bodoh dan tidak tahu keagungan Islam, agamanya. Manusia selalu memusuhi apa-apa yang tidak ia ketahui. Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu….(Qs. At-Tahrim : 6).
Artinya : Hai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNy, yang menghadapkan wajah kepada Allah, Peliharalah dirimu, istri-istrimu dan anak-anakmu dari siksa neraka dengan meninggalkan berbagai kemaksiatan dan dengan mengamalkan berbagai metaatan. Yakni dengan mendidik dan mengajar mereka. Mujahid berkata, “Dengan kata lain : Berikan wasiat kepada keluargamu untuk bertaqwa kepada Allah”. Al Khazin berkata, “Dengan kata lain : Perintahkan kepada mereka agar berbuat baik, cegah mereka dari keburukan, ajari dan didik mereka sehingga kalian memelihara mereka dari siksa api neraka”.
Yang dimaksud dengan keluarga di dalam ayat di atas adalah istri-istri dan anak-anak dan semua yang engkau jamin kehidupannya.
Makna ini didukung oleh sabda Nabi SAW :
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته .... والرجل راع فى أهله وهو مسئول عن ؤعيته ، والمرأة راعية فى بيت زوجها وهى مسئولة عن رعيتها .
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin. Seorang suami adalah pemimpin dan dia bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan dia bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin”.
Ali bin Abu Thalib RA berkata, “Ajarilah diri kalian dan keluarga kalian kebaikan. Wahai sekalian manusia, barangsiapa dari kecil terbiasa dengan sesuatu maka dia akan terbiasa dengan sesuatu itu. Barangsiapa mendidik anaknya ketika ia masih kecil, maka dia akan bahagia karenanya ketika ia besar”. Wallahu a’lam bish-shawab…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar