Diposting tanggal : 08 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
BELAJARLAH MENJAGA LIDAH
Di dalam Shahihnya Al-Bukhari mentakhrij bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقَى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقَى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ ......
“Sungguh seorang hamba berbicara dengan kata-kata yang diridhai oleh Allah dengan tidak memikirkannya, maka karena itu Allah akan mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan kata-kata yang dimurkai oleh Allah dengan tidak memikirkannya, maka dia akan jatuh karenanya ke dalam neraka Jahannam....”.
Tuntunan ilmiah kenabian dalam hal menjaga lidah dari dusta, kata-kata keji, kemunafiqan, mendukung para pelaku kemaksiatan dan orang-orang berdosa sangat jelas sekali. Ketika seorang hamba mengucapkan kata-kata yang benar (haq) sepintas lalu, maka dia akan mengira bahwa dirinya tidak melakukan sesuatu yang dengannya dia diangkat oleh Allah beberapa derajat pada hari kiamat. Ketika dia menggunakan lidahnya untuk amar ma’ruf, berkata-kata yang bijak, memberi nasihat yang baik, maka dia akan masuk surga dan Allah akan mengangkatnya beberapa derajat sebagai balasan buah lidahnya. Kadang-kadang seorang hamba berkata-kata kasar atau keji atau zhalim atau merusak atau mengundang tawa dan menyangka bahwa semua itu sekedar kata-kata sepintas lalu saja (iseng), padahal karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkannya ke dalam neraka Jahannam, na’udzu billah.
Maka hadits di atas mengajar setiap muslim agar selalu amanah dalam setiap kata-kata dan menjaga lidah. Sehingga jika setiap muslim mengikuti petunjuk ilmiah kenabian dalam hal menjaga lidah, pasti sebagian mereka tidak akan menggunjing sebagian yang lain dan setiap muslim tidak akan bertutur-kata dengan kata-kata yang menyakitkan sekalipun dalam situasi bercanda.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ وَمُسْلِمٌ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau hendaknya diam”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Di dalam hadits ini, manusia pilihan, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bahwa seorang muslim tidak seharusnya berbicara, kecuali jika pembicaraannya baik, yaitu yang jelas kemaslahatannya. Ketika seseorang merasa ragu akan kemaslahatannya, maka hendaknya ia tidak berbicara.
Namun demikian dalam kondisi tertentu diam merusak. Diam terhadap pelaku kemaksiatan yang menindas orang-orang lemah, padahal dia mampu berbicara, adalah merusak. Siapa saja yang mengambil sikap tertentu sehingga menzhalimi seorang muslim yang lemah, padahal dia mampu menolongnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berlepas diri darinya.
Al-Alam Al-Islami, edisi : 1949.
Senin : 4 Sya’ban 1427 H/28 Agustus 2006 M.
******
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar