Diposting tanggal : 08 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
TIDUR DISEBUT ISTIRAHAT, KENAPA ?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
”Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. (QS. An-Naba : 9).
Ungkapan Al-Qur’an di dalam ayat yang mulia ini dengan menggunakan bentuk tasybih (penyerupaan) dengan menghilangkan adat tasybih (huruf yang menjadi indikator utama bentuk tasybih).
Karena itu musyabbah (sesuatu yang diserupakan) menjadi musyabbah bihi (sesuatu yang kepadanya sesuatu yang lain diserupakan) itu sendiri. Dengan demikian jadilah tidur sebagai istirahat. Di antara makna-makna istirahat adalah mati. Sehingga dengan makna yang demikian, tidur diserupakan dengan mati. Maka tidur adalah ‘kematian kecil’ sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari ….”. (QS. Al-An’am : 60).
Dengan demikian kita memahami sebagian makna-makna di dalam hadits Nabawi yang mulia berikut,
كَمَا تَنَامُوْنَ فَكَذَلِكَ تَمُوْتُوْنَ ، وَكَمَا تَسْتَيْقِظُوْنَ فَكَذَلِكَ تُبْعَثُوْنَ
“Sebagaimana kalian semua tidur, demikian itu pulalah kalian semua mati, dan sebagaimana kalian semua bangun, demikian itu pulalah kalian semua dibangkitkan”.
Tidur adalah sebagian dari berbagai macam nikmat Allah Azza wa Jalla atas para hambaNya, sekaligus salah satu tanda kekuasaanNya. Sebagaimana di dalam firmanNya sebagai berikut,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya”. (QS. Ar-Ruum : 23).
Maka firman Allah Azza wa Jalla di dalam surat An-Naba,
”Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. (QS. An-Naba : 9),
adalah isyarat yang menunjukkan salah satu nikmat di antara berbagai macam nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hambaNya yang sekaligus merupakan salah satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaanNya di dalam ciptaanNya. Tidak diragukan bahwa alam tidur yang sering kita alami adalah alam yang menakjubkan dan sarat dengan berbagai rahasia. Hanya saja karena manusia sudah terbiasa mengalaminya maka hilanglah keajaiban itu dari perasaannya sehingga tidak pernah menarik perhatian mereka atau menggugah rasa takjub mereka.
Kadang-kadang manusia mampu bertahan tidak makan dan tidak minum dalam beberapa hari, akan tetapi dia tidak akan sanggup bertahan tidak tidur dalam beberapa hari saja. Fakta ini kita dapatkan disebutkan di dalam sebuah hadits Nabi yang mulia yang telah ditakhrij oleh Asy-Syaikhani dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
اَلسَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ اْلإِنْسَانَ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Bepergian adalah sepotong adzab. Dia mencegah orang dari tidur, makan dan minum”.
Sampai sejauh itulah kebutuhan manusia kepada tidur. Dari sini kita mengetahui bahwa tidur adalah salah satu nikmat di antara berbagai macam nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hambaNya dan rahmat dariNya untuk mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
”Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”. (QS. Al-Qashash : 73).
Al-Alam Al-Islami, edisi : 1947.
Senin : 20 Rajab 1427 H/14 Agustus 2006 M.
*****
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar