Diposting tanggal : 08 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
BABI : HABITAT TERBAIK
BAGI LEBIH DARI 450 KUMAN PENYAKIT
Nash Al-Qur’an telah mengeluarkan pengharaman daging babi di dalam empat tempat, di dalam surat Al-Baqarah ayat : 173, di dalam surat Al-Maidah ayat : 3, di dalam surat Al-An’am ayat : 145 dan di dalam surat An-Nahl ayat : 115.
Telah baku di dalam Shahih Muslim dari Buraidah radhiyallahu anhu ia berkata, ”Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَعِبَ النَّردْشِيْرَ فَكَأَنَّمَا صَبَغَ يَدَهُ فِى لَحْمِ خِنْزِيْرٍ وَدَمِهِ
“Barangsiapa bermain nard (semacam catur) seakan-akan dia mencelupkan tangannya ke dalam daging dan darah babi”.
Sekitar pengharaman daging babi, seorang dokter asal Jerman Hans Rikfinj mengatakan, “Saya harus menunjukkan peninggalan kuno yang ada pada sebagian sejumlah bangsa, di mana ajaran-ajaran yang diejawantahkan oleh dua orang nabi : Muhammad dan Musa alaihimas shalatu was salam memiliki pengaruh yang paling besar terhadap konsistensi kaum muslimin dan orang-orang Yahudi dengan tatanan-tatanan Allah yang bersifat thabi’i (alamiah).
Di Afrika, di mana kaum muslimin dan kaum yang lain hidup di dalamnya, dalam kondisi lingkungan yang sama, kita melihat adanya perbedaan. Kaum muslimin di sana menikmati kesehatan yang sangat bagus karena daging babi diharamkan bagi mereka di dalam syari’at agamanya. Di samping itu kita melihat bangsa-bangsa lain yang selalu berlandaskan tatanan Barat dalam hal makanan terkena berbagai macam penyakit yang sangat erat kaitannya dengan budaya mereka mengkonsumsi daging babi”.
Syari’at Islam telah mengharamkan daging babi, yang dipatuhi oleh kaum muslimin sebagai bentuk ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah Sang Pencipta Subhanahu wa Ta’ala dengan tidak pernah mendiskusikan alasan pengharamannya. Akan tetapi para pakar modern telah sampai kepada penemuan-penemuan yang sangat mencengangkan dalam bidang ini. Bukankah suatu yang mencengangkan jika kita mengetahui bahwa babi adalah habitat yang paling subur bagi lebih dari 450 (empat ratus lima puluh) kuman penyakit ? Dan dia berfungsi sebagai media perantara untuk memindahkan 57 (lima puluh tujuh) di antara kuman-kuman itu kepada manusia, selain berbagai macam penyakit yang disebabkan memakan dagingnya, di antaranya adalah gangguan dalam pencernaan, mengerasnya nadi dan lain sebagainya. Daging babi secara khusus memindahkan 27 (dua puluh tujuh) macam kuman penyakit kepada manusia yang dibantu oleh sejumlah binatang lain untuk memindahkan sebagian penyakit yang lain. Akan tetapi dia tetap sebagai gudang dan sumber utama bagi semua macam kuman penyakit, di antaranya : Desentri, cacing dan alin sebagainya.
Al-Alam Al-Islami, edisi : 1954.
Senin, 9 Ramadhan 1427 H/2 Oktober 2006 M.
******
Minggu, 07 Juni 2009
HANYA LIDAH SAJA BERBAHAYA !
Diposting tanggal : 08 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
BELAJARLAH MENJAGA LIDAH
Di dalam Shahihnya Al-Bukhari mentakhrij bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقَى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقَى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ ......
“Sungguh seorang hamba berbicara dengan kata-kata yang diridhai oleh Allah dengan tidak memikirkannya, maka karena itu Allah akan mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan kata-kata yang dimurkai oleh Allah dengan tidak memikirkannya, maka dia akan jatuh karenanya ke dalam neraka Jahannam....”.
Tuntunan ilmiah kenabian dalam hal menjaga lidah dari dusta, kata-kata keji, kemunafiqan, mendukung para pelaku kemaksiatan dan orang-orang berdosa sangat jelas sekali. Ketika seorang hamba mengucapkan kata-kata yang benar (haq) sepintas lalu, maka dia akan mengira bahwa dirinya tidak melakukan sesuatu yang dengannya dia diangkat oleh Allah beberapa derajat pada hari kiamat. Ketika dia menggunakan lidahnya untuk amar ma’ruf, berkata-kata yang bijak, memberi nasihat yang baik, maka dia akan masuk surga dan Allah akan mengangkatnya beberapa derajat sebagai balasan buah lidahnya. Kadang-kadang seorang hamba berkata-kata kasar atau keji atau zhalim atau merusak atau mengundang tawa dan menyangka bahwa semua itu sekedar kata-kata sepintas lalu saja (iseng), padahal karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkannya ke dalam neraka Jahannam, na’udzu billah.
Maka hadits di atas mengajar setiap muslim agar selalu amanah dalam setiap kata-kata dan menjaga lidah. Sehingga jika setiap muslim mengikuti petunjuk ilmiah kenabian dalam hal menjaga lidah, pasti sebagian mereka tidak akan menggunjing sebagian yang lain dan setiap muslim tidak akan bertutur-kata dengan kata-kata yang menyakitkan sekalipun dalam situasi bercanda.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ وَمُسْلِمٌ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau hendaknya diam”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Di dalam hadits ini, manusia pilihan, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bahwa seorang muslim tidak seharusnya berbicara, kecuali jika pembicaraannya baik, yaitu yang jelas kemaslahatannya. Ketika seseorang merasa ragu akan kemaslahatannya, maka hendaknya ia tidak berbicara.
Namun demikian dalam kondisi tertentu diam merusak. Diam terhadap pelaku kemaksiatan yang menindas orang-orang lemah, padahal dia mampu berbicara, adalah merusak. Siapa saja yang mengambil sikap tertentu sehingga menzhalimi seorang muslim yang lemah, padahal dia mampu menolongnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berlepas diri darinya.
Al-Alam Al-Islami, edisi : 1949.
Senin : 4 Sya’ban 1427 H/28 Agustus 2006 M.
******
Penulis : Pak De.
Judul :
BELAJARLAH MENJAGA LIDAH
Di dalam Shahihnya Al-Bukhari mentakhrij bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقَى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقَى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ ......
“Sungguh seorang hamba berbicara dengan kata-kata yang diridhai oleh Allah dengan tidak memikirkannya, maka karena itu Allah akan mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan kata-kata yang dimurkai oleh Allah dengan tidak memikirkannya, maka dia akan jatuh karenanya ke dalam neraka Jahannam....”.
Tuntunan ilmiah kenabian dalam hal menjaga lidah dari dusta, kata-kata keji, kemunafiqan, mendukung para pelaku kemaksiatan dan orang-orang berdosa sangat jelas sekali. Ketika seorang hamba mengucapkan kata-kata yang benar (haq) sepintas lalu, maka dia akan mengira bahwa dirinya tidak melakukan sesuatu yang dengannya dia diangkat oleh Allah beberapa derajat pada hari kiamat. Ketika dia menggunakan lidahnya untuk amar ma’ruf, berkata-kata yang bijak, memberi nasihat yang baik, maka dia akan masuk surga dan Allah akan mengangkatnya beberapa derajat sebagai balasan buah lidahnya. Kadang-kadang seorang hamba berkata-kata kasar atau keji atau zhalim atau merusak atau mengundang tawa dan menyangka bahwa semua itu sekedar kata-kata sepintas lalu saja (iseng), padahal karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkannya ke dalam neraka Jahannam, na’udzu billah.
Maka hadits di atas mengajar setiap muslim agar selalu amanah dalam setiap kata-kata dan menjaga lidah. Sehingga jika setiap muslim mengikuti petunjuk ilmiah kenabian dalam hal menjaga lidah, pasti sebagian mereka tidak akan menggunjing sebagian yang lain dan setiap muslim tidak akan bertutur-kata dengan kata-kata yang menyakitkan sekalipun dalam situasi bercanda.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ وَمُسْلِمٌ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau hendaknya diam”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Di dalam hadits ini, manusia pilihan, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bahwa seorang muslim tidak seharusnya berbicara, kecuali jika pembicaraannya baik, yaitu yang jelas kemaslahatannya. Ketika seseorang merasa ragu akan kemaslahatannya, maka hendaknya ia tidak berbicara.
Namun demikian dalam kondisi tertentu diam merusak. Diam terhadap pelaku kemaksiatan yang menindas orang-orang lemah, padahal dia mampu berbicara, adalah merusak. Siapa saja yang mengambil sikap tertentu sehingga menzhalimi seorang muslim yang lemah, padahal dia mampu menolongnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berlepas diri darinya.
Al-Alam Al-Islami, edisi : 1949.
Senin : 4 Sya’ban 1427 H/28 Agustus 2006 M.
******
BUKU KARANGAN SEORANG MUSLIM DAN SEORANG KRISTEN
Diposting tanggal : 08 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
BUKU TENTANG TOLERANSI ISLAM
DALAM PERGAULANNYA DENGAN AHLI KITAB
Di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2071 yang terbit pada hari Senin, 18 Mei 2009 pada halaman 7 ditulis sebuah judul yang artinya : Buku tentang toleransi Islam dalam pergaulannya dengan Ahli Kitab. Back-ground buku ini adalah negara Mesir.
Buku ini diterbitkan dalam rangka memperkokoh toleransi antar umat beragama oleh lembaga umum perbukuan. Buku ini dikarang oleh dua orang penulis muslim dan kristen Qibthi bernama Munir Ghabur dengan judul Kristen dalam Islam. Buku ini terdiri dari 150 halaman. Pengantarnya ditulis oleh Syaikh Al Azhar, Muhammad Sayyid Thanthawi. Mukadimah ditulis oleh Dr. Musthafa Al Faqy. Terdiri dari 8 pasal, di antaranya : Orang-orang Nasrani dan Islam, Al Masih di dalam Al Qur’an, Wasiat Nabi Muhammad SAW berkenaan dengan orang-orang Qibthi Mesir, Toleransi Islam dalam pergaulannya dengan Ahli Kitab dan Islam dan dunia pasca runtuhnya kekhilafahan.
Ahmad Utsman menjelaskan bahwa dua tahun lalu ia berjumpa dengan seorang kawannya, Munir yang seorang Kristen Qibthi. Dia mengkhawatirkan adanya banyak kejadian di Mesir yang berlatar belakang sengketa antar kelompok. Dia menyampaikan kepada Utsman bahwa suatu ketika di zaman pemerintahan Anwar Sadat diadakan sebuah pertemuan antara pastur Syanudah dengan Syaikh Al Azhar lalu Anwar Sadat berkata kepada mereka, “Kenapa kalian tidak terbitkan sebuah buku yang di dalamnya kalian bicarakan tentang sejumlah kesamaan yang mampu menghimpun antara kaum muslimin dan kaum kristen”. Namun proyek itu hingga kini belum ada, sehingga mereka berdua sepakat untuk memulai menulis sebuah buku bersama-sama yang isinya menegaskan toleransi antar umat beragama dan kemungkinan untuk hidup bersama dan memahami hikmah Ilahiah dengan adanya sejumlah aqidah dan agama. Perbedaan pendapat di bidang agama tidak selalu kembali kepada sebab kepentingan-kepentingan politis, karena masing-masing agama samawy yang berdasarkan tauhid dan ibadah kepada Allah yang Maha Esa sama dalam tujuan-tujuan dan pandangan-pandangannya. Khususnya karena Al Qur’an menyatakan keberadaan agama-agama itu.
Utsman berkata, “Sangat disayangkan sekali, akhir-akhir ini telah terjadi perubahan pengertian yang benar berkenaan dengan hubungan antar para pemeluk agama karena sebab yang sangat banyak jumlahnya. Sehingga mulai muncul berbagai bentuk sensitifitas antara kalangan Qibthi dan kaum muslimin. Banyak pula orang yang mengatakan bahwa selain kaum muslimin kafir”. Ditambahkan bahwa buku ini adalah sebuah upaya untuk menunjukkan pemikiran Islam yang sesungguhnya yang ada di dalam Al Qur’an dan As-Sunnah. Ditambahkan pula bahwa Islam telah sempurna sebelum wafat Rasulullah SAW. Oleh sebab itu kita kembali kepada Islam di mana Allah SWT berfirman,
(ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat…. ". (Qs. Ali Imran : 55).
Dengan demikian maka sikap yang ada di dalam Al Qur’anlah yang memberi kita pola pikir berkenaan dengan hubungan kaum muslimin dengan orang-orang Nasrani. Maka kita kembali kepada akar Islam yang hakiki.
Ursman juga menambahkan bahwa Muhammad Ali melepaskan Mesir dari daulah Utsmaniah, sehingga Mesir menjadi daulah dan bangsa Mesir adalah bangsa yang berdiri sendiri dan tidak tunduk kepada gubernur dan tidak menjadi rakyat suatu kesultanan, akan tetapi mereka adalah rakyat dalam suatu daulah. Dijelaskan pula bahwa di masa daulah Utsmaniah orang-orang Nasrani dan orang-orang Yahudi dianggap sebagai ahli Kitab yang diperlakukan secara khusus sebagai imbalan mereka membayar pajak lebih. Akan tetapi dengan runtuhnya kekhilafahan dan kembali dibangunnya daulah Mesir maka semua orang Mesir menjadi warga tetap dan tidak ada lagi pembicaraan tentang ahli zhimmah.
Mulailah era baru dengan memasuki pertikaian dengan penjajah Inggris. Mulai muncul tuntutan kemerdekaan dan demokrasi.
Pada serangan tahun 1919 ketika kaum muslimin dan kaum Nasrani keluar secara bersama-sama untuk membela masalah yang sama, maka kami sekali lagi menjadi bangsa.
Penyusun ke dua buku ini, Munir Ghabur mengatakan, “Sejak masa kecilku, dan ketika itu aku hidup dengan kawan-kawan dan para tetangga yang semuanya muslim, namun ketika itu aku tidak merasakan bahwa ada muslim dan nasrani, karena ketika itu kaum muslimin adalah muslim yang sesungguhnya, muslim yang mengikuti ajaran-ajaran Islam yang baik. Akan tetapi, pada dua puluh tahun terakhir ini, saya dikejutkan oleh perubahan prinsipil pada bangunan masyarakat Mesir. Hal itu tentu harus segera dihentikan. Misalnya, kita memiliki 8.000 perguruan tinggi Al Azhar yang di dalamnya dikatakan bahwa orang-orang Qibthi kafir, sebagaimana yang aku dengar dari banyak orang. Bagaimana mereka kafir sedangkan Al Qur’an memberikan wasiat agar baik kepada kami. Nabi Muhammad SAW juga bersabda,
من آذا ذميا فقد آذانى ، ومن آذانى فقد آذى الله.
Barangsiapa menyakiti seorang dzimmi maka dia telah menyakitiku. Dan barangsiapa menyakitiku, maka dia telah menyakiti Allah.
Munir merasa heran, bagaimana kita mengatakan ‘negara kesatuan’ sedangkan kita bangsa yang satu. Kesatuan adalah antara dua eksistensi yang berbeda, seperti kesatuan antara Mesir dan Suriah, misalnya. Dia juga melontarkan sebuah pertanyaan, “Kenapa orang-orang Qibthi merasa ditekan di dalam negeri mereka sendiri ?”.
Seorang pakar, Nabil Lukas Babawi mengatakan, “Buku ini mencerminkan pengertian dan konten sebuah negara kesatuan dan pendekatan antar agama. Agama-agama samawi menyerukan hidup bersama dengan damai dan saling bekerja-sama. Buku ini adalah contoh yang baik bagi kesatuan antara kaum muslimin dan kaum Nasrani. Seorang muslim menulis tentang kristen dan seorang kristen menulis tentang Islam”.
Dia menambahkan bahwa kesepakatan antara Islam dengan Kristen lebih dari 99 % sedangkan pertentangan kurang dari 1 %. Di antara pilar-pilar Islam adalah perdamian, cinta-kasih dan persaudaraan. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surah Al anfal,
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya….”. (Qs. Al Anfal : 61).
******
Penulis : Pak De.
Judul :
BUKU TENTANG TOLERANSI ISLAM
DALAM PERGAULANNYA DENGAN AHLI KITAB
Di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2071 yang terbit pada hari Senin, 18 Mei 2009 pada halaman 7 ditulis sebuah judul yang artinya : Buku tentang toleransi Islam dalam pergaulannya dengan Ahli Kitab. Back-ground buku ini adalah negara Mesir.
Buku ini diterbitkan dalam rangka memperkokoh toleransi antar umat beragama oleh lembaga umum perbukuan. Buku ini dikarang oleh dua orang penulis muslim dan kristen Qibthi bernama Munir Ghabur dengan judul Kristen dalam Islam. Buku ini terdiri dari 150 halaman. Pengantarnya ditulis oleh Syaikh Al Azhar, Muhammad Sayyid Thanthawi. Mukadimah ditulis oleh Dr. Musthafa Al Faqy. Terdiri dari 8 pasal, di antaranya : Orang-orang Nasrani dan Islam, Al Masih di dalam Al Qur’an, Wasiat Nabi Muhammad SAW berkenaan dengan orang-orang Qibthi Mesir, Toleransi Islam dalam pergaulannya dengan Ahli Kitab dan Islam dan dunia pasca runtuhnya kekhilafahan.
Ahmad Utsman menjelaskan bahwa dua tahun lalu ia berjumpa dengan seorang kawannya, Munir yang seorang Kristen Qibthi. Dia mengkhawatirkan adanya banyak kejadian di Mesir yang berlatar belakang sengketa antar kelompok. Dia menyampaikan kepada Utsman bahwa suatu ketika di zaman pemerintahan Anwar Sadat diadakan sebuah pertemuan antara pastur Syanudah dengan Syaikh Al Azhar lalu Anwar Sadat berkata kepada mereka, “Kenapa kalian tidak terbitkan sebuah buku yang di dalamnya kalian bicarakan tentang sejumlah kesamaan yang mampu menghimpun antara kaum muslimin dan kaum kristen”. Namun proyek itu hingga kini belum ada, sehingga mereka berdua sepakat untuk memulai menulis sebuah buku bersama-sama yang isinya menegaskan toleransi antar umat beragama dan kemungkinan untuk hidup bersama dan memahami hikmah Ilahiah dengan adanya sejumlah aqidah dan agama. Perbedaan pendapat di bidang agama tidak selalu kembali kepada sebab kepentingan-kepentingan politis, karena masing-masing agama samawy yang berdasarkan tauhid dan ibadah kepada Allah yang Maha Esa sama dalam tujuan-tujuan dan pandangan-pandangannya. Khususnya karena Al Qur’an menyatakan keberadaan agama-agama itu.
Utsman berkata, “Sangat disayangkan sekali, akhir-akhir ini telah terjadi perubahan pengertian yang benar berkenaan dengan hubungan antar para pemeluk agama karena sebab yang sangat banyak jumlahnya. Sehingga mulai muncul berbagai bentuk sensitifitas antara kalangan Qibthi dan kaum muslimin. Banyak pula orang yang mengatakan bahwa selain kaum muslimin kafir”. Ditambahkan bahwa buku ini adalah sebuah upaya untuk menunjukkan pemikiran Islam yang sesungguhnya yang ada di dalam Al Qur’an dan As-Sunnah. Ditambahkan pula bahwa Islam telah sempurna sebelum wafat Rasulullah SAW. Oleh sebab itu kita kembali kepada Islam di mana Allah SWT berfirman,
(ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat…. ". (Qs. Ali Imran : 55).
Dengan demikian maka sikap yang ada di dalam Al Qur’anlah yang memberi kita pola pikir berkenaan dengan hubungan kaum muslimin dengan orang-orang Nasrani. Maka kita kembali kepada akar Islam yang hakiki.
Ursman juga menambahkan bahwa Muhammad Ali melepaskan Mesir dari daulah Utsmaniah, sehingga Mesir menjadi daulah dan bangsa Mesir adalah bangsa yang berdiri sendiri dan tidak tunduk kepada gubernur dan tidak menjadi rakyat suatu kesultanan, akan tetapi mereka adalah rakyat dalam suatu daulah. Dijelaskan pula bahwa di masa daulah Utsmaniah orang-orang Nasrani dan orang-orang Yahudi dianggap sebagai ahli Kitab yang diperlakukan secara khusus sebagai imbalan mereka membayar pajak lebih. Akan tetapi dengan runtuhnya kekhilafahan dan kembali dibangunnya daulah Mesir maka semua orang Mesir menjadi warga tetap dan tidak ada lagi pembicaraan tentang ahli zhimmah.
Mulailah era baru dengan memasuki pertikaian dengan penjajah Inggris. Mulai muncul tuntutan kemerdekaan dan demokrasi.
Pada serangan tahun 1919 ketika kaum muslimin dan kaum Nasrani keluar secara bersama-sama untuk membela masalah yang sama, maka kami sekali lagi menjadi bangsa.
Penyusun ke dua buku ini, Munir Ghabur mengatakan, “Sejak masa kecilku, dan ketika itu aku hidup dengan kawan-kawan dan para tetangga yang semuanya muslim, namun ketika itu aku tidak merasakan bahwa ada muslim dan nasrani, karena ketika itu kaum muslimin adalah muslim yang sesungguhnya, muslim yang mengikuti ajaran-ajaran Islam yang baik. Akan tetapi, pada dua puluh tahun terakhir ini, saya dikejutkan oleh perubahan prinsipil pada bangunan masyarakat Mesir. Hal itu tentu harus segera dihentikan. Misalnya, kita memiliki 8.000 perguruan tinggi Al Azhar yang di dalamnya dikatakan bahwa orang-orang Qibthi kafir, sebagaimana yang aku dengar dari banyak orang. Bagaimana mereka kafir sedangkan Al Qur’an memberikan wasiat agar baik kepada kami. Nabi Muhammad SAW juga bersabda,
من آذا ذميا فقد آذانى ، ومن آذانى فقد آذى الله.
Barangsiapa menyakiti seorang dzimmi maka dia telah menyakitiku. Dan barangsiapa menyakitiku, maka dia telah menyakiti Allah.
Munir merasa heran, bagaimana kita mengatakan ‘negara kesatuan’ sedangkan kita bangsa yang satu. Kesatuan adalah antara dua eksistensi yang berbeda, seperti kesatuan antara Mesir dan Suriah, misalnya. Dia juga melontarkan sebuah pertanyaan, “Kenapa orang-orang Qibthi merasa ditekan di dalam negeri mereka sendiri ?”.
Seorang pakar, Nabil Lukas Babawi mengatakan, “Buku ini mencerminkan pengertian dan konten sebuah negara kesatuan dan pendekatan antar agama. Agama-agama samawi menyerukan hidup bersama dengan damai dan saling bekerja-sama. Buku ini adalah contoh yang baik bagi kesatuan antara kaum muslimin dan kaum Nasrani. Seorang muslim menulis tentang kristen dan seorang kristen menulis tentang Islam”.
Dia menambahkan bahwa kesepakatan antara Islam dengan Kristen lebih dari 99 % sedangkan pertentangan kurang dari 1 %. Di antara pilar-pilar Islam adalah perdamian, cinta-kasih dan persaudaraan. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surah Al anfal,
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya….”. (Qs. Al Anfal : 61).
******
QUR'AN MENGATAKAN TIDUR ADALAH ISTIRAHAT, KENAPA ?
Diposting tanggal : 08 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
TIDUR DISEBUT ISTIRAHAT, KENAPA ?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
”Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. (QS. An-Naba : 9).
Ungkapan Al-Qur’an di dalam ayat yang mulia ini dengan menggunakan bentuk tasybih (penyerupaan) dengan menghilangkan adat tasybih (huruf yang menjadi indikator utama bentuk tasybih).
Karena itu musyabbah (sesuatu yang diserupakan) menjadi musyabbah bihi (sesuatu yang kepadanya sesuatu yang lain diserupakan) itu sendiri. Dengan demikian jadilah tidur sebagai istirahat. Di antara makna-makna istirahat adalah mati. Sehingga dengan makna yang demikian, tidur diserupakan dengan mati. Maka tidur adalah ‘kematian kecil’ sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari ….”. (QS. Al-An’am : 60).
Dengan demikian kita memahami sebagian makna-makna di dalam hadits Nabawi yang mulia berikut,
كَمَا تَنَامُوْنَ فَكَذَلِكَ تَمُوْتُوْنَ ، وَكَمَا تَسْتَيْقِظُوْنَ فَكَذَلِكَ تُبْعَثُوْنَ
“Sebagaimana kalian semua tidur, demikian itu pulalah kalian semua mati, dan sebagaimana kalian semua bangun, demikian itu pulalah kalian semua dibangkitkan”.
Tidur adalah sebagian dari berbagai macam nikmat Allah Azza wa Jalla atas para hambaNya, sekaligus salah satu tanda kekuasaanNya. Sebagaimana di dalam firmanNya sebagai berikut,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya”. (QS. Ar-Ruum : 23).
Maka firman Allah Azza wa Jalla di dalam surat An-Naba,
”Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. (QS. An-Naba : 9),
adalah isyarat yang menunjukkan salah satu nikmat di antara berbagai macam nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hambaNya yang sekaligus merupakan salah satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaanNya di dalam ciptaanNya. Tidak diragukan bahwa alam tidur yang sering kita alami adalah alam yang menakjubkan dan sarat dengan berbagai rahasia. Hanya saja karena manusia sudah terbiasa mengalaminya maka hilanglah keajaiban itu dari perasaannya sehingga tidak pernah menarik perhatian mereka atau menggugah rasa takjub mereka.
Kadang-kadang manusia mampu bertahan tidak makan dan tidak minum dalam beberapa hari, akan tetapi dia tidak akan sanggup bertahan tidak tidur dalam beberapa hari saja. Fakta ini kita dapatkan disebutkan di dalam sebuah hadits Nabi yang mulia yang telah ditakhrij oleh Asy-Syaikhani dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
اَلسَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ اْلإِنْسَانَ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Bepergian adalah sepotong adzab. Dia mencegah orang dari tidur, makan dan minum”.
Sampai sejauh itulah kebutuhan manusia kepada tidur. Dari sini kita mengetahui bahwa tidur adalah salah satu nikmat di antara berbagai macam nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hambaNya dan rahmat dariNya untuk mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
”Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”. (QS. Al-Qashash : 73).
Al-Alam Al-Islami, edisi : 1947.
Senin : 20 Rajab 1427 H/14 Agustus 2006 M.
*****
Penulis : Pak De.
Judul :
TIDUR DISEBUT ISTIRAHAT, KENAPA ?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
”Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. (QS. An-Naba : 9).
Ungkapan Al-Qur’an di dalam ayat yang mulia ini dengan menggunakan bentuk tasybih (penyerupaan) dengan menghilangkan adat tasybih (huruf yang menjadi indikator utama bentuk tasybih).
Karena itu musyabbah (sesuatu yang diserupakan) menjadi musyabbah bihi (sesuatu yang kepadanya sesuatu yang lain diserupakan) itu sendiri. Dengan demikian jadilah tidur sebagai istirahat. Di antara makna-makna istirahat adalah mati. Sehingga dengan makna yang demikian, tidur diserupakan dengan mati. Maka tidur adalah ‘kematian kecil’ sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari ….”. (QS. Al-An’am : 60).
Dengan demikian kita memahami sebagian makna-makna di dalam hadits Nabawi yang mulia berikut,
كَمَا تَنَامُوْنَ فَكَذَلِكَ تَمُوْتُوْنَ ، وَكَمَا تَسْتَيْقِظُوْنَ فَكَذَلِكَ تُبْعَثُوْنَ
“Sebagaimana kalian semua tidur, demikian itu pulalah kalian semua mati, dan sebagaimana kalian semua bangun, demikian itu pulalah kalian semua dibangkitkan”.
Tidur adalah sebagian dari berbagai macam nikmat Allah Azza wa Jalla atas para hambaNya, sekaligus salah satu tanda kekuasaanNya. Sebagaimana di dalam firmanNya sebagai berikut,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya”. (QS. Ar-Ruum : 23).
Maka firman Allah Azza wa Jalla di dalam surat An-Naba,
”Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. (QS. An-Naba : 9),
adalah isyarat yang menunjukkan salah satu nikmat di antara berbagai macam nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hambaNya yang sekaligus merupakan salah satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaanNya di dalam ciptaanNya. Tidak diragukan bahwa alam tidur yang sering kita alami adalah alam yang menakjubkan dan sarat dengan berbagai rahasia. Hanya saja karena manusia sudah terbiasa mengalaminya maka hilanglah keajaiban itu dari perasaannya sehingga tidak pernah menarik perhatian mereka atau menggugah rasa takjub mereka.
Kadang-kadang manusia mampu bertahan tidak makan dan tidak minum dalam beberapa hari, akan tetapi dia tidak akan sanggup bertahan tidak tidur dalam beberapa hari saja. Fakta ini kita dapatkan disebutkan di dalam sebuah hadits Nabi yang mulia yang telah ditakhrij oleh Asy-Syaikhani dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
اَلسَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ اْلإِنْسَانَ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Bepergian adalah sepotong adzab. Dia mencegah orang dari tidur, makan dan minum”.
Sampai sejauh itulah kebutuhan manusia kepada tidur. Dari sini kita mengetahui bahwa tidur adalah salah satu nikmat di antara berbagai macam nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hambaNya dan rahmat dariNya untuk mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
”Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”. (QS. Al-Qashash : 73).
Al-Alam Al-Islami, edisi : 1947.
Senin : 20 Rajab 1427 H/14 Agustus 2006 M.
*****
CHENNEL TV PORNO
Diposting tanggal : 08 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
MUFTI UMUM :
TIDAK MUNGKIN MENGHENTIKAN SALURAN PENYIARAN TV YANG MENYIMPANG MELAINKAN DENGAN PENYADARAN DAN PENGARAHAN
Di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2071 yang terbit pada hari Senin, 18 Mei 2009 pada halaman 6 ditulis bahwa yang mulia Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alisy Syaikh, salah seorang mufti umum kerajaan Saudi Arabia dan ketua panitia tetap untuk pemfatwaan mengatakan bahwa saluran TV melancarkan serangan sengit terhadap agama Islam, norma-norma dan akhlak. Selain juga menyebarkan berbagai macam bentuk propaganda yang merusak dan memporak-porandakan aqidah, sehingga pada gilirannya menimbulkan berbagai macam bala dan musibah. Lebih dari itu saluran TV juga berupaya sekuat tenaga untuk membinasakan rumah-tangga Islam.
Yang mulia menambahkan dengan mengatakan bahwa tidak mungkin menghentikan semua saluran itu atau menguasainya, akan tetapi yang masih mungkin adalah menghadapinya dengan berbagai macam bentuk penyadaran, bimbingan dan membentengi putra, putri dan keluarga dari berbagai macam bahaya yang bisa timbul. Kita harus membentengi para pemuda agar tetap istiqamah.
Mufti umum juga memperingatkan agar para ayah tidak hilang perhatiannya kepada keluarganya dengan meninggalkan anak-anaknya di depan berbagai saluran TV. Seorang ayah juga tidak dibenarkan berada jauh dari rumahnya. Menghabiskan waktu dengan kawan-kawan adalah sesuatu yang diharapkan, akan tetapi tidak sampai jauh dari keluarga, istri dan anak-anak dengan meninggalkan rumah.
Tingkah-laku demikian disebut oleh mufti sebagai tindakan menyepelekan dan mengabaikan rumah-tangga dan keluarga.
Yang mulia juga mengatakan bahwa rumah-tangga seorang mukmin adalah nikmat dari Allah SWT untuk mereka. Rumah-tangga adalah ketenteraman bagi mereka, tempat berlindung dan tempat tinggal. Nabi SAW menjadikan keluarga sebagai salah satu soko-guru kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan izin Allah.
Beliau menambahkan bahwa perhatian seorang muslim terhadap rumah-tangga dan pemeliharaannya adalah salah satu perkara yang sangat penting di dalam agama kita, karena rumah-tangga adalah batu pertama dalam upaya memperbaiki masyarakat………………
*****
Penulis : Pak De.
Judul :
MUFTI UMUM :
TIDAK MUNGKIN MENGHENTIKAN SALURAN PENYIARAN TV YANG MENYIMPANG MELAINKAN DENGAN PENYADARAN DAN PENGARAHAN
Di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2071 yang terbit pada hari Senin, 18 Mei 2009 pada halaman 6 ditulis bahwa yang mulia Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alisy Syaikh, salah seorang mufti umum kerajaan Saudi Arabia dan ketua panitia tetap untuk pemfatwaan mengatakan bahwa saluran TV melancarkan serangan sengit terhadap agama Islam, norma-norma dan akhlak. Selain juga menyebarkan berbagai macam bentuk propaganda yang merusak dan memporak-porandakan aqidah, sehingga pada gilirannya menimbulkan berbagai macam bala dan musibah. Lebih dari itu saluran TV juga berupaya sekuat tenaga untuk membinasakan rumah-tangga Islam.
Yang mulia menambahkan dengan mengatakan bahwa tidak mungkin menghentikan semua saluran itu atau menguasainya, akan tetapi yang masih mungkin adalah menghadapinya dengan berbagai macam bentuk penyadaran, bimbingan dan membentengi putra, putri dan keluarga dari berbagai macam bahaya yang bisa timbul. Kita harus membentengi para pemuda agar tetap istiqamah.
Mufti umum juga memperingatkan agar para ayah tidak hilang perhatiannya kepada keluarganya dengan meninggalkan anak-anaknya di depan berbagai saluran TV. Seorang ayah juga tidak dibenarkan berada jauh dari rumahnya. Menghabiskan waktu dengan kawan-kawan adalah sesuatu yang diharapkan, akan tetapi tidak sampai jauh dari keluarga, istri dan anak-anak dengan meninggalkan rumah.
Tingkah-laku demikian disebut oleh mufti sebagai tindakan menyepelekan dan mengabaikan rumah-tangga dan keluarga.
Yang mulia juga mengatakan bahwa rumah-tangga seorang mukmin adalah nikmat dari Allah SWT untuk mereka. Rumah-tangga adalah ketenteraman bagi mereka, tempat berlindung dan tempat tinggal. Nabi SAW menjadikan keluarga sebagai salah satu soko-guru kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan izin Allah.
Beliau menambahkan bahwa perhatian seorang muslim terhadap rumah-tangga dan pemeliharaannya adalah salah satu perkara yang sangat penting di dalam agama kita, karena rumah-tangga adalah batu pertama dalam upaya memperbaiki masyarakat………………
*****
Rabu, 03 Juni 2009
OTAK MANUSIA MENGANDUNG PUSAT KEIMANAN KEPADA ALLAH
Diposting tanggal : 03 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
STUDI ILMIAH : OTAK MANUSIA MENGANDUNG
PUSAT-PUSAT KEIMANAN KEPADA ALLAH
Seorang profesor asal Amerika, Jordan Gerafman di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2070 yang terbit pada hari Senin, 11 Mei 2009 mengatakan bahwa dirinya menemukan sejumlah tempat di dalam otak manusia yang khusus berkaitan dengan keyakinan beragama. Semua itu adalah pusat-pusat yang ada di dalam otak semua manusia sepanjang sejarah dan dengan latar belakang budaya apapun juga. Profesor ini telah mempublikasikan kajiannya di dalam majalah ilmiah khusus.
Dokumen yang menunjukkan bahwa dalam otak manusia terdapat pusat-pusat iman adalah penemuan yang telah sangat lama. Pada tanggal 29 Oktober 1997 koran Los Angeles Times, pada halaman ilmiah khusus telah menulis sebuah berita bahwa telah selesai upaya untuk menunjukkan tempat keimanan kepada Allah, yang disebut dengan God’s spot di dalam otak manusia. Sesuatu yang disebut sebagai dasar biologis bagi tingkah-laku manusia dalam hal aqidah. Para ulama yakin bahwa pusat-pusat itu berada pada wilayah yang sangat luas di dalam otak yang posisinya di atas kedua telinga. Salah seorang pemilik teori ini adalah profesor Filayaner Ramasyandran dari Universitas Columbia Amerika. Dia telah langsungkan sejumlah uji coba kepada sejumlah orang yang sedang mengalami sakit pada pusat otak yang posisinya di atas pelipis dengan membacakan kepada mereka ungkapan-ungkapan keagamaan di dalam suatu pembicaraan. Hasilnya, ditemukan umpan balik instinktif yang sangat tinggi ketika mendengar ungkapan-ungkapan keagamaan, dan hal yang sama dalam skala yang rendah ketika mendengar ungkapan yang lain.
Sedangkan profesor Michael Persinjer, dari Universitas Lauren yang berada di Ontario telah melangsungkan sebuah percobaan dengan mengenakan pakaian keagamaan tertentu kepada sejumlah orang yang ternyata memiliki pengaruh khusus pada bagian otak di atas pelipis. Seorang profesor ini berpendapat bahwa dengan demikian maka dia telah melakukan percobaan rekayasa yang berkaitan dengan perasaan keagamaan, sebagaimana ditegaskan oleh sejumlah orang yang menjadi relawan percobaannya bahwa mereka memiliki perasaan rohani, di mana mereka merasakan kebahagiaan yang alami yang telah datang kepada mereka. Profesor Michael Persinjer telah menerbitkan kesimpulannya bahwa 8 dari 10 relawan menyampaikan bahwa mereka mendapatkan perasaan keagamaan setelah mengenakan pakaian keagamaan.
Semua percobaan tersebut belum baku secara ilmiah dan masih sekedar percobaan yang bersifat perorangan yang diliputi oleh para pengamat secara intens di antara para pakar dalam bidang ini. Akan tetapi seorang profesor asal Amerika, Gerafman yang beriman kepada Allah itu mengatakan bahwa pembahasannya yang telah ia publikasikan, secara tegas menentukan bahwa bukan satu tempat saja, akan tetapi sejumlah pusat yang ada di dalam otak manusia yang bertanggungjawab akan akidah/keyakinan dengan segala kegiatan yang menjadi konsekwensinya. Gerafman juga menegaskan bahwa selama pengetahuan kita tentang semesta kurang, dan akan selalu demikian, maka harus beriman kepada Allah, yaitu iman bahwa Dia memiliki wujud biologis di dalam tubuh kita. Wallahu a’lambish-shawab.
*****
Penulis : Pak De.
Judul :
STUDI ILMIAH : OTAK MANUSIA MENGANDUNG
PUSAT-PUSAT KEIMANAN KEPADA ALLAH
Seorang profesor asal Amerika, Jordan Gerafman di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2070 yang terbit pada hari Senin, 11 Mei 2009 mengatakan bahwa dirinya menemukan sejumlah tempat di dalam otak manusia yang khusus berkaitan dengan keyakinan beragama. Semua itu adalah pusat-pusat yang ada di dalam otak semua manusia sepanjang sejarah dan dengan latar belakang budaya apapun juga. Profesor ini telah mempublikasikan kajiannya di dalam majalah ilmiah khusus.
Dokumen yang menunjukkan bahwa dalam otak manusia terdapat pusat-pusat iman adalah penemuan yang telah sangat lama. Pada tanggal 29 Oktober 1997 koran Los Angeles Times, pada halaman ilmiah khusus telah menulis sebuah berita bahwa telah selesai upaya untuk menunjukkan tempat keimanan kepada Allah, yang disebut dengan God’s spot di dalam otak manusia. Sesuatu yang disebut sebagai dasar biologis bagi tingkah-laku manusia dalam hal aqidah. Para ulama yakin bahwa pusat-pusat itu berada pada wilayah yang sangat luas di dalam otak yang posisinya di atas kedua telinga. Salah seorang pemilik teori ini adalah profesor Filayaner Ramasyandran dari Universitas Columbia Amerika. Dia telah langsungkan sejumlah uji coba kepada sejumlah orang yang sedang mengalami sakit pada pusat otak yang posisinya di atas pelipis dengan membacakan kepada mereka ungkapan-ungkapan keagamaan di dalam suatu pembicaraan. Hasilnya, ditemukan umpan balik instinktif yang sangat tinggi ketika mendengar ungkapan-ungkapan keagamaan, dan hal yang sama dalam skala yang rendah ketika mendengar ungkapan yang lain.
Sedangkan profesor Michael Persinjer, dari Universitas Lauren yang berada di Ontario telah melangsungkan sebuah percobaan dengan mengenakan pakaian keagamaan tertentu kepada sejumlah orang yang ternyata memiliki pengaruh khusus pada bagian otak di atas pelipis. Seorang profesor ini berpendapat bahwa dengan demikian maka dia telah melakukan percobaan rekayasa yang berkaitan dengan perasaan keagamaan, sebagaimana ditegaskan oleh sejumlah orang yang menjadi relawan percobaannya bahwa mereka memiliki perasaan rohani, di mana mereka merasakan kebahagiaan yang alami yang telah datang kepada mereka. Profesor Michael Persinjer telah menerbitkan kesimpulannya bahwa 8 dari 10 relawan menyampaikan bahwa mereka mendapatkan perasaan keagamaan setelah mengenakan pakaian keagamaan.
Semua percobaan tersebut belum baku secara ilmiah dan masih sekedar percobaan yang bersifat perorangan yang diliputi oleh para pengamat secara intens di antara para pakar dalam bidang ini. Akan tetapi seorang profesor asal Amerika, Gerafman yang beriman kepada Allah itu mengatakan bahwa pembahasannya yang telah ia publikasikan, secara tegas menentukan bahwa bukan satu tempat saja, akan tetapi sejumlah pusat yang ada di dalam otak manusia yang bertanggungjawab akan akidah/keyakinan dengan segala kegiatan yang menjadi konsekwensinya. Gerafman juga menegaskan bahwa selama pengetahuan kita tentang semesta kurang, dan akan selalu demikian, maka harus beriman kepada Allah, yaitu iman bahwa Dia memiliki wujud biologis di dalam tubuh kita. Wallahu a’lambish-shawab.
*****
BIOGRAFI OBAMA
Diposting tanggal : 03 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
TELAH TERBIT DALAM BAHASA ARAB
BUKU KARYA OBAMA “ANGAN-ANGAN ORANG ENGGAN”.
Dimuat di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2070 yang terbit pada hari Senin, 11 Mei 2009 tentang kemenangan Obama sebagai presiden Amerika dan keberhasilannya meraih juara satu penulisan buku biografi dalam sebuah lomba buku di Inggris. Lembaga word yang merupakan filial sebuah lembaga kebudayaan di Abu Dabi telah menerbitkan buku karya Obama dengan judul : Angan-angan orang enggan : Kisah tentang ras dan keturunan.
Di dalam bukunya, Obama kembali kepada inti cerita ketika pada tahun 1959 ayahnya menjejakkan kakinya di Universitas Hawai ketika berumur 23 tahun. Dia menjadi mahasiswa pertama asal Afrika di Universitas tersebut. Di Universitas itu ia berjumpa dengan seorang gadis Amerika berkulit putih dan pemalu yang berusia tidak lebih dari 18 tahun. Lalu keduanya menikah dan melahirkan penulis buku ini.
Senada dengan koran Al Khalij, terbit di Emirat Arab yang menyatakan bahwa buku ini berkisah tentang pengembaraan seorang anak manusia yang mencari ayahnya yang telah lama tidak ada. Tentang seorang pemuda yang selalu mencari masa depan negara yang ia cintai, mencari seorang pembela yang menghadirkan keadilan di luar halaman pengadilan di seluruh wilayah Amerika.
Dari pasal ke pasal Obama menukil kehidupannya secara detail dan rinci. Kehidupannya di masa kanak-kanak di Hawai, berbagai kenangan, kesukaan dan bahkan berbagai kesedihannya ketika masih anak-anak di Indonesia, kehidupannya dengan segala perasaan dan pengalaman. Kemudian ia menjelaskan pemikiran-pemikirannya berkenaan dengan orang-orang berkulit hitam di Amerika dan berbagai upayanya masuk lebih dalam ke relung jiwa mereka lalu membeberkan kepada dunia luka-luka terbuka karena paham rasialis.
Di dalam bukunya, Obama mengakui bahwa dirinya bukan seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih dalam studi. Bahkan dia mengakui lebih dari itu, dia adalah seorang mahasiswa yang mempelajari undang-undang dasar selama 12 tahun di Fakultas Hukum pada Universitas Chichago. Dalam sejumlah halaman bukunya ia mengakui kadang-kadang ada sikap-sikap yang tidak baik terhadap dirinya.
Dr. Ali bin Tamim, kepala proyek word mengatakan sebagaimana yang telah dinukil oleh sebuah saluran penyiaran berita dari Mesir, “Pemuda yang kini duduk di atas singgasana negara terbesar di dunia tidak meraih kedudukan itu dengan tanpa usaha, akan tetapi karena di sana ada “sesuatu” di dalam dirinya yang mendorong dan menjaga serta menggiring dan menolongnya untuk memimpin orang lain. Sesuatu tersebut tidak akan diketahui melainkan oleh orang-orang yang membaca lembar-lembar buku tersebut”. Kisah Obama bukan sekedar kisah seorang pemimpin, akan tetapi kisah tentang pelarian dari jurang kehinaan menuju kemuliaan dan dari keraguan menuju keyakinan.
Dalam buku ini dia mengutamakan upaya menumpahkan harapan kepada setiap orang yang merasa tertekan dengan penegasan adanya sebuah kenyataan bahwa orang tertekan jika terus-menerus berupaya untuk mendapatkan hak-haknya, pada akhirnya dia akan berhasil mendapatkannya.
*****
Penulis : Pak De.
Judul :
TELAH TERBIT DALAM BAHASA ARAB
BUKU KARYA OBAMA “ANGAN-ANGAN ORANG ENGGAN”.
Dimuat di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2070 yang terbit pada hari Senin, 11 Mei 2009 tentang kemenangan Obama sebagai presiden Amerika dan keberhasilannya meraih juara satu penulisan buku biografi dalam sebuah lomba buku di Inggris. Lembaga word yang merupakan filial sebuah lembaga kebudayaan di Abu Dabi telah menerbitkan buku karya Obama dengan judul : Angan-angan orang enggan : Kisah tentang ras dan keturunan.
Di dalam bukunya, Obama kembali kepada inti cerita ketika pada tahun 1959 ayahnya menjejakkan kakinya di Universitas Hawai ketika berumur 23 tahun. Dia menjadi mahasiswa pertama asal Afrika di Universitas tersebut. Di Universitas itu ia berjumpa dengan seorang gadis Amerika berkulit putih dan pemalu yang berusia tidak lebih dari 18 tahun. Lalu keduanya menikah dan melahirkan penulis buku ini.
Senada dengan koran Al Khalij, terbit di Emirat Arab yang menyatakan bahwa buku ini berkisah tentang pengembaraan seorang anak manusia yang mencari ayahnya yang telah lama tidak ada. Tentang seorang pemuda yang selalu mencari masa depan negara yang ia cintai, mencari seorang pembela yang menghadirkan keadilan di luar halaman pengadilan di seluruh wilayah Amerika.
Dari pasal ke pasal Obama menukil kehidupannya secara detail dan rinci. Kehidupannya di masa kanak-kanak di Hawai, berbagai kenangan, kesukaan dan bahkan berbagai kesedihannya ketika masih anak-anak di Indonesia, kehidupannya dengan segala perasaan dan pengalaman. Kemudian ia menjelaskan pemikiran-pemikirannya berkenaan dengan orang-orang berkulit hitam di Amerika dan berbagai upayanya masuk lebih dalam ke relung jiwa mereka lalu membeberkan kepada dunia luka-luka terbuka karena paham rasialis.
Di dalam bukunya, Obama mengakui bahwa dirinya bukan seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih dalam studi. Bahkan dia mengakui lebih dari itu, dia adalah seorang mahasiswa yang mempelajari undang-undang dasar selama 12 tahun di Fakultas Hukum pada Universitas Chichago. Dalam sejumlah halaman bukunya ia mengakui kadang-kadang ada sikap-sikap yang tidak baik terhadap dirinya.
Dr. Ali bin Tamim, kepala proyek word mengatakan sebagaimana yang telah dinukil oleh sebuah saluran penyiaran berita dari Mesir, “Pemuda yang kini duduk di atas singgasana negara terbesar di dunia tidak meraih kedudukan itu dengan tanpa usaha, akan tetapi karena di sana ada “sesuatu” di dalam dirinya yang mendorong dan menjaga serta menggiring dan menolongnya untuk memimpin orang lain. Sesuatu tersebut tidak akan diketahui melainkan oleh orang-orang yang membaca lembar-lembar buku tersebut”. Kisah Obama bukan sekedar kisah seorang pemimpin, akan tetapi kisah tentang pelarian dari jurang kehinaan menuju kemuliaan dan dari keraguan menuju keyakinan.
Dalam buku ini dia mengutamakan upaya menumpahkan harapan kepada setiap orang yang merasa tertekan dengan penegasan adanya sebuah kenyataan bahwa orang tertekan jika terus-menerus berupaya untuk mendapatkan hak-haknya, pada akhirnya dia akan berhasil mendapatkannya.
*****
Senin, 01 Juni 2009
T. JAWAB SEORANG IBU DI HADAPAN ALLAH SWT
Diposting tanggal : 01 Juni 2009.
Penulis : Pak De.
Judul :
TANGGUNGJAWAB SEORANG IBU MUSLIMAN DI HADAPAN ALLAH
Seorang da’i, bernama Ahmad Shalih Muhayiri, di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2070 yang terbit pada hari Senin, 11 Mei 2009 menulis tentang tanggungjawab seorang ibu muslimah di hadapan Allah yang dia awali dengan mengetengahkan sebuah kisah tentang seorang Ibu yang datang kepada seorang pemimpin suatu organisasi keIslaman wanita guna mengkonsultasikan putri semata wayangnya yang durhaka kepadanya. Pemimpin organisasi itu bertanya kepadanya, “Bagaimana bentuk durhaka yang dia lakukan ?”. Sang Ibu menjawab, “Dia aku beri segala-galanya, akan tetapi dia minta lebih dan lebih yang aku tidak mampu memberikannya. Karena itu dia membantahku”. Pemimpin itu berkata, “Sejak kapan engkau memberinya seperti itu ?”. Sang Ibu menjawab, “Sejak kecilnya, karena saya tidak rela menolak permintaannya”. Pemimpin itu bertanya lagi, “Bagaimana hubungannya dengan Allah dan dengan agamanya ?”. Sang Ibu menjawab, “Dia tidak tahu, selain bahwa dirinya seorang muslimah, karena dia tidak memiliki waktu yang cukup untuk menuntut ilmu dan mengenal agama”. Sang pemimpin itu berkata, “Jika engkau menaruh perhatian untuk memberinya pelajaran tentang agamanya sejak ia masih kecil, tentu dia mengerti arti durhaka kepada kedua orang tua dan dia akan menjauhinya. Selain itu dia akan merasa puas dengan apa yang engkau berikan kepadanya dan tahu berterima kasih kepadamu. Maka tidak ada jalan lain bagimu sekarang selain bersamanya kembali kepada Allah dengan mengkaji Islam, menghadiri kajian-kajiannya, berpegang-teguh kepada syi’ar-syi’ar dan akhlaknya, bergabung dengan para wanita aktifis dakwah dan mendekatkan diri kepada Allah seraya berdoa kepadaNya sudi kiranya memberinya petunjuk”.
Ketika Ibu itu meninggalkan tempat, para wanita anggota organisasi itu berdiskusi tentang kedurhakaan anak, baik laki-laki atau perempuan, yang kini menggejala di dalam kebanyakan keluarga sehingga orang tua menghadapinya dengan sabar karena takut diketahui oleh orang banyak.
Penulis menegaskan bahwa wanita muslimah berkewajiban memenuhi hak-hak suaminya karena dia adalah seorang istri, berkewajiban berpegang-teguh kepada agamanya karena dia seorang muslimah. Kemuliaan seorang wanita muslimah dan kecantikannya bukan pada perhiasannya, akan tetapi pada tingkahlakunya yang terpuji, taat kepada agama dan keluarganya serta eksistensinya dalam bangunan masyarakat Islam di mana dia sebagai separoh unsurnya. Karena masyarakat tidak akan menjadi baik melainkan jika wanitanya baik. Pendidikan untuk anak adalah sesuatu yang paling wajib atas wanita dan pria secara bersama-sama.Hal itu karena sabda Rasulullah SAW :
مروا أولادكم بالصلاة لسبع واضربوهم عليها لعشر.
Perintahlah anak-anak kalian untuk menunaikan shalat pada umur tujuh tahun, dan pukullah mereka agar melakukannya pada umur sepuluh tahun.
Tidak menaruh perhatian kepada anak-anak ketika mereka masih kecil, menjerumuskan mereka ke dalam kebodohan dan kesesatan ketika mereka dewasa, yang tidak jarang keduanya menyebabkan mereka menjadi kafir. Yakni ketika mereka dirasuki pemikiran-pemikiran rusak atau ketika mereka diculik dari tengah-tengah kita oleh para missionaris yang menawarkan kepada mereka agama lain karena mereka bodoh dan tidak tahu keagungan Islam, agamanya. Manusia selalu memusuhi apa-apa yang tidak ia ketahui. Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu….(Qs. At-Tahrim : 6).
Artinya : Hai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNy, yang menghadapkan wajah kepada Allah, Peliharalah dirimu, istri-istrimu dan anak-anakmu dari siksa neraka dengan meninggalkan berbagai kemaksiatan dan dengan mengamalkan berbagai metaatan. Yakni dengan mendidik dan mengajar mereka. Mujahid berkata, “Dengan kata lain : Berikan wasiat kepada keluargamu untuk bertaqwa kepada Allah”. Al Khazin berkata, “Dengan kata lain : Perintahkan kepada mereka agar berbuat baik, cegah mereka dari keburukan, ajari dan didik mereka sehingga kalian memelihara mereka dari siksa api neraka”.
Yang dimaksud dengan keluarga di dalam ayat di atas adalah istri-istri dan anak-anak dan semua yang engkau jamin kehidupannya.
Makna ini didukung oleh sabda Nabi SAW :
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته .... والرجل راع فى أهله وهو مسئول عن ؤعيته ، والمرأة راعية فى بيت زوجها وهى مسئولة عن رعيتها .
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin. Seorang suami adalah pemimpin dan dia bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan dia bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin”.
Ali bin Abu Thalib RA berkata, “Ajarilah diri kalian dan keluarga kalian kebaikan. Wahai sekalian manusia, barangsiapa dari kecil terbiasa dengan sesuatu maka dia akan terbiasa dengan sesuatu itu. Barangsiapa mendidik anaknya ketika ia masih kecil, maka dia akan bahagia karenanya ketika ia besar”. Wallahu a’lam bish-shawab…
Penulis : Pak De.
Judul :
TANGGUNGJAWAB SEORANG IBU MUSLIMAN DI HADAPAN ALLAH
Seorang da’i, bernama Ahmad Shalih Muhayiri, di dalam koran العالم الإسلامى edisi 2070 yang terbit pada hari Senin, 11 Mei 2009 menulis tentang tanggungjawab seorang ibu muslimah di hadapan Allah yang dia awali dengan mengetengahkan sebuah kisah tentang seorang Ibu yang datang kepada seorang pemimpin suatu organisasi keIslaman wanita guna mengkonsultasikan putri semata wayangnya yang durhaka kepadanya. Pemimpin organisasi itu bertanya kepadanya, “Bagaimana bentuk durhaka yang dia lakukan ?”. Sang Ibu menjawab, “Dia aku beri segala-galanya, akan tetapi dia minta lebih dan lebih yang aku tidak mampu memberikannya. Karena itu dia membantahku”. Pemimpin itu berkata, “Sejak kapan engkau memberinya seperti itu ?”. Sang Ibu menjawab, “Sejak kecilnya, karena saya tidak rela menolak permintaannya”. Pemimpin itu bertanya lagi, “Bagaimana hubungannya dengan Allah dan dengan agamanya ?”. Sang Ibu menjawab, “Dia tidak tahu, selain bahwa dirinya seorang muslimah, karena dia tidak memiliki waktu yang cukup untuk menuntut ilmu dan mengenal agama”. Sang pemimpin itu berkata, “Jika engkau menaruh perhatian untuk memberinya pelajaran tentang agamanya sejak ia masih kecil, tentu dia mengerti arti durhaka kepada kedua orang tua dan dia akan menjauhinya. Selain itu dia akan merasa puas dengan apa yang engkau berikan kepadanya dan tahu berterima kasih kepadamu. Maka tidak ada jalan lain bagimu sekarang selain bersamanya kembali kepada Allah dengan mengkaji Islam, menghadiri kajian-kajiannya, berpegang-teguh kepada syi’ar-syi’ar dan akhlaknya, bergabung dengan para wanita aktifis dakwah dan mendekatkan diri kepada Allah seraya berdoa kepadaNya sudi kiranya memberinya petunjuk”.
Ketika Ibu itu meninggalkan tempat, para wanita anggota organisasi itu berdiskusi tentang kedurhakaan anak, baik laki-laki atau perempuan, yang kini menggejala di dalam kebanyakan keluarga sehingga orang tua menghadapinya dengan sabar karena takut diketahui oleh orang banyak.
Penulis menegaskan bahwa wanita muslimah berkewajiban memenuhi hak-hak suaminya karena dia adalah seorang istri, berkewajiban berpegang-teguh kepada agamanya karena dia seorang muslimah. Kemuliaan seorang wanita muslimah dan kecantikannya bukan pada perhiasannya, akan tetapi pada tingkahlakunya yang terpuji, taat kepada agama dan keluarganya serta eksistensinya dalam bangunan masyarakat Islam di mana dia sebagai separoh unsurnya. Karena masyarakat tidak akan menjadi baik melainkan jika wanitanya baik. Pendidikan untuk anak adalah sesuatu yang paling wajib atas wanita dan pria secara bersama-sama.Hal itu karena sabda Rasulullah SAW :
مروا أولادكم بالصلاة لسبع واضربوهم عليها لعشر.
Perintahlah anak-anak kalian untuk menunaikan shalat pada umur tujuh tahun, dan pukullah mereka agar melakukannya pada umur sepuluh tahun.
Tidak menaruh perhatian kepada anak-anak ketika mereka masih kecil, menjerumuskan mereka ke dalam kebodohan dan kesesatan ketika mereka dewasa, yang tidak jarang keduanya menyebabkan mereka menjadi kafir. Yakni ketika mereka dirasuki pemikiran-pemikiran rusak atau ketika mereka diculik dari tengah-tengah kita oleh para missionaris yang menawarkan kepada mereka agama lain karena mereka bodoh dan tidak tahu keagungan Islam, agamanya. Manusia selalu memusuhi apa-apa yang tidak ia ketahui. Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu….(Qs. At-Tahrim : 6).
Artinya : Hai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNy, yang menghadapkan wajah kepada Allah, Peliharalah dirimu, istri-istrimu dan anak-anakmu dari siksa neraka dengan meninggalkan berbagai kemaksiatan dan dengan mengamalkan berbagai metaatan. Yakni dengan mendidik dan mengajar mereka. Mujahid berkata, “Dengan kata lain : Berikan wasiat kepada keluargamu untuk bertaqwa kepada Allah”. Al Khazin berkata, “Dengan kata lain : Perintahkan kepada mereka agar berbuat baik, cegah mereka dari keburukan, ajari dan didik mereka sehingga kalian memelihara mereka dari siksa api neraka”.
Yang dimaksud dengan keluarga di dalam ayat di atas adalah istri-istri dan anak-anak dan semua yang engkau jamin kehidupannya.
Makna ini didukung oleh sabda Nabi SAW :
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته .... والرجل راع فى أهله وهو مسئول عن ؤعيته ، والمرأة راعية فى بيت زوجها وهى مسئولة عن رعيتها .
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin. Seorang suami adalah pemimpin dan dia bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan dia bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin”.
Ali bin Abu Thalib RA berkata, “Ajarilah diri kalian dan keluarga kalian kebaikan. Wahai sekalian manusia, barangsiapa dari kecil terbiasa dengan sesuatu maka dia akan terbiasa dengan sesuatu itu. Barangsiapa mendidik anaknya ketika ia masih kecil, maka dia akan bahagia karenanya ketika ia besar”. Wallahu a’lam bish-shawab…
Langganan:
Postingan (Atom)