Senin, 17 Oktober 2011

PILKADA BANTEN 2011

Seorang mukmin adalah seseorang yang memiliki komitmen yang kuat dan berpegang teguh hanya kepada apa yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, baik dalam sabda atau amalan beliau. Apa saja yang dia lakukan tidak pernah lepas dari petunjuk Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Sesungguhnya orang-orang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu… (QS. Al Hjurat : 15).
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya… (QS. An-Nuur : 62).
Seorang mukmin adalah orang yang selalu membangun keimanan, karena hanya amalan yang berlandaskan iman yang shahihlah yang bermanfaat baginya. Sebanyak dan sebaik apapun amal ibadah seseorang, ketika tidak berlandaskan iman, tidak ada manfaat dan guna sama sekali. Hakikat orang yang banyak amal baiknya namun dia bukan seorang mukmin adalah seorang yang merugi selama-lamanya.
…barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi. (QS. Al Maidah : 5).
Seorang mukmin anti memilah-milah antara amal duniawi dan amal ukhrawi. Karena dia tahu bahwa sikap demikian itu bersumber dari ajaran kristen. Disebut dengan prinsip skularisasi. Semua amal yang baik adalah bagian dari kehidupan ini dan menjadi ibadah. Dinilai dan dihargai dalam Islam. Prinsip yang dia adopsi adalah penuh perhatian kepada urusan akhirat dengan tidak melupakan bagiannya di dunia.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi…. (QS. Al Qashash : 77).
Seorang mukmin benar-benar memiliki totalitas hidup yang lillah (hanya karena, demi dan untuk Allah). Dia pahami dan dalami doa iftitah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam shalat beliau, yang merupakan salah satu di antara dua belas doa iftitah beliau yang dinyatakan shahih oleh para ulama, yang menunjukkan keteladanan beliau dalam totalitas hidup yang hanya difokuskan kepada Allah. Kadang-kadang beliau shallallahu alaihi wa sallam berdoa iftitah di dalam shalatnya yang artinya sebagai berikut :
"Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan seluruh lapisan langit dan bumi dengan lurus, dalam keadaan muslim dan aku bukan termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya demi Allah Rabb alam semesta. Tiada sekutu bagiNya dan untuk yang demikian itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang mula-mula sebagai seorang muslim". (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i dan lain-lain).
Seorang mukmin hatinya sangat tertarik dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala karena isinya berkenaan dengan perkara pemimpin. Sebagaimana firmanNya dalam surah An-Nisa : 59 yang artinya :
Hai orang-orang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu….
Setiap mukmin wajib mentaati semua perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala termasuk ayat di atas. Mengamalkan isi ayat di atas adalah ibadah dan mengabaikan pengamalannya adalah kemaksiatan kepadaNya. Ketaatan dalam Islam, yang paling penting adalah kepada Allah, RasulNya dan ulul amri. Taat kepada ulul amri adalah perintah Allah dan perintah RasulNya. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda, "Barangsiapa taat kepadaku maka dia telah taat kepada Allah dan barangsiapa maksiat kepadaku maka dia telah maksiat kepada Allah. Dan barangsiapa taat kepada gubernurku maka dia telah taat kepadaku dan barangsiapa maksiat kepada gubernurku maka dia telah maksiat kepadaku".
"Gubernurku" adalah wakil atau perpanjangan tangan beliau shallallahu alaihi wa sallam. Dia adalah seorang ulul amri. Lantas siapakah ulul amri itu?
Dalam tafsir Ath-Thabari disebutkan bahwa ulul amri adalah "umara". Dalam tafsir Al Qurthubi ulul amri adalah "pemimpin atau komandan perang". Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa ulul amri adalah "umara yang ulama". Tafsir Fi Dzilalil Qur'an ditulis bahwa ulul amri adalah "pemimpin dari kalangan kaum mukmin". Sedangkan di dalam tafsir Al Jalain ulul amri adalah Al Wulat (para pemimpin).
Dengan demikian maka ulul amri disepakati oleh para ahli tafsir adalah "pemimpin" dengan kriterea yang sudah demikian jelas. Layak berfungsi sebagai wakil Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sehingga dia harus seorang alim Islam (Ibnu Katsir) dan dan baik iman dan Islamnya (Fi Dzilalil Qur'an). Siap dan terampil serta cekatan menjalankan fungsi sebagai komandan perang (Al Qurthubi).
Mentaati dan menghormati seorang pemimpin adalah ibadah wajib, jika memang layak diperlakukan baik sedemikian itu. Maka memilih pemimpin adalah pengamalan ibadah, dan golput adalah sebaliknya. Dengan kata lain maksiat kepada Allah dan dosa besar. Salah pilih dalam memilih pemimpin adalah perkara yang dimaafkan, tetapi memilih pemimpin dengan cara licik, adalah kedustaan di hadapan Allah dan dusta yang mencelakan diri sendiri. Mari kita simak sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berikut :
Dari Abu Hurairah RA dengan derajat marfu' beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Akan memimpin kalian sepeninggalku para pemimpin yang bajik dengan kebajikannya dan para pemimpin pendosa dengan gelimang dosanya. Maka dengar dan patuhi mereka dalam hal-hal yang sejalan dengan kebenaran dan shalat-makmumlah di belakang mereka. Jika mereka berbuat baik maka kalian dan mereka beruntung. Sedangkan jika mereka jahat maka kalian beruntung dan mereka celaka". Ditakhrij oleh Ad-Daruquthni dan Ibnu Hibban dari jalur sanad Abdullah bin Muhammad bin Yahya bin Urwah dari Hisyam bin Urwah dari Abu Shalih As-Saman dari Abu Hurairah RA.
Pemimpin jahat akan rugi sedangkan orang-orang yang memilihnya dengan serius tetap beruntung karena dia telah melakukan pemilihan seorang pemimpin.
Seorang mukmin sangat besar perhatiannya kepada firman Allah dalam surah Al Baqarah 247 bahwa seorang pemimpin yang baik sama sekali tidak ditentukan oleh banyaknya harta yang dia miliki, akan tetapi justeru Allah menyatakan bahwa ilmu yang luas dan keperkasaan fisiklah yang menjadi syarat seorang pemimpin yang baik.
Memilih pemimpin adalah perkara ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Suatu amalan yang sangat serius dalam Islam. Maka wanti-wanti, memilih pemimpin tidak boleh serampangan, karena mentaatinya adalah wajib secara mutlak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Dengar dan taatilah dia (pemimpin) sekalipun dia seorang budak asal Habasyah (berkulit hitam) dengan semua anggota tubuh buntung.
Taat kepada pemimpin, selama perintah dan larangannya tidak bertentangan dengan Islam, adalah ketaatan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Taat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (QS. An-Nisa : 80).
Anda seorang mukmin ? jika memilih pemimpin haram golput dan haram dengan cara sembarangan. Pilih seorang pemimpin sesuai ketentuan-ketentuan Islam seperti di atas. Jangan ikuti siapapun, seorang kyaipun, jika dia menganjurkan atau mengajak agar anda memilih pemimpin dengan dasar nafsu (iming-iming uang, baju kaos, baju koko, rumah, mobil dan lain-lain) atau mengintimidasi anda karena anda memilih pemimpin sebisa mungkin sesuai dengan Islam. Jangan gadaikan keimanan dengan keduniaan. Wallahu a'lam bish shawab.

*****